Pelatihan Deep Learning & KBC: Langkah Nyata Guru MI Mencetak Generasi Cerdas dan Berakhlak

filter: 0; fileterIntensity: 0.0; filterMask: 0; captureOrientation: 0; brp_mask:0; brp_del_th:null; brp_del_sen:null; delta:null; module: photo;hw-remosaic: false;touch: (0.40527797, 0.5733748);sceneMode: 6291456;cct_value: 0;AI_Scene: (-1, -1);aec_lux: 0.0;aec_lux_index: 0;albedo: ;confidence: ;motionLevel: -1;weatherinfo: null;temperature: 36;
Sidoarjo – Madrasah Ibtidaiyah (MI) Salafiyah Bahauddin Ngelom, Taman, Sidoarjo menjadi tempat terselenggaranya kegiatan Pelatihan Implementasi Deep Learning dan Insersi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) dalam Pembelajaran pada tanggal 29–30 Agustus 2025.
Kegiatan ini berlangsung berkat sinergi tiga lembaga strategis: Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah (KKMI), MWC LP Ma’arif NU, dan Pergunu Taman.
Ketua KKMI Kecamatan Taman sekaligus ketua MWC LP Maarif NU, H Abdul Gofur menegaskan bahwa pelatihan ini menjadi program penting dengan menggandeng organisasi profesi Pergunu sebagai mitra yang memiliki visi yang sama untuk meningkatkan kompetensi guru yang tentunya berdampak pada peningkatan mutu madrasah.
Agar lebih efektif, pelatihan ini dibagi menjadi dua gelombang:
Gelombang I (29–30 Agustus 2025) untuk guru kelas 1–3.
Gelombang II (12–13 September 2025) untuk guru kelas 4–6.
“Pelatihan ini bukan hanya rutinitas, tapi memang menjadi kebutuhan yang mendesak. Semua guru setiap madrasah minimal setiap rombel ada perwakilan untuk mengikutinya kemudian mendesiminasikan ke guru lain agar implementasi deep learning dan Kurikulum Berbasis Cinta dapat benar-benar hadir di ruang kelas,” ujarnya penuh semangat.
Sambutan kedua disampaikan oleh Pengawas Madrasah, Drs. Ahmad Junaidi, M.Pd. yang menekankan bahwa pendidikan harus berakar pada cinta. Beliau menjelaskan bahwa Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) bukan sekadar konsep, tetapi sebuah pendekatan nyata dalam mendidik dengan kasih sayang, empati, penghargaan terhadap potensi anak, serta kepedulian sosial.
Kurikulum Berbasis Cinta (KBC), dan Pembelajaran Mendalam sejatinya bukanlah “barang baru” dalam dunia pendidikan. Ia adalah nilai-nilai luhur yang sejak awal telah menjadi denyut nadi pendidikan sejati baik di sekolah, madrasah, maupun pesantren namun sering terbenam dan terabaikan di balik tumpukan formalitas dokumen, jargon proyek, dan rutinitas yang kering makna.
Kini, di tengah arus deras pendidikan yang memasuki zona pasar bebas, di mana anak didik dihadapkan pada persaingan global yang dingin dan kompetitif, kita justru semakin merindukan akar yang hangat: pendidikan yang kembali menghidupkan jiwa, menyentuh hati, dan membentuk manusia seutuhnya. Dalam perspektif islam : insan kamil.
Pembelajaran Mendalam perlu dielaborasi kembali bukan hanya sekadar strategi pembelajaran aktif atau konstruktif, tetapi sebagai ruang yang memberi kesempatan anak untuk berpikir jernih, merasakan nilai, dan menghubungkan pengetahuan dengan misi hidup. Anak tidak hanya diajak menjawab soal ujian, tetapi juga mampu menjawab panggilan zaman, tantangan kemanusiaan, dan bisikan hati nurani.
Kurikulum Berbasis Cinta pun harus di-upgrade menjadi roh yang menjiwai setiap sudut pendidikan. Cinta yang bukan hanya romantis dalam kata-kata, tetapi hadir dalam kesabaran guru, keikhlasan melayani, dan keberanian mendidik dengan hati. Cinta yang memerdekakan, bukan mengekang; menguatkan, bukan melemahkan; menumbuhkan, bukan mengkerdilkan.
Kita mendambakan anak didik yang berotak Jerman tangguh dalam logika, unggul dalam teknologi, disiplin dalam bekerja namun berhati dan bernapas Mekkah-Madinah lembut dalam akhlak, luhur dalam niat, kokoh dalam iman. Mereka bukan hanya siap bersaing di pasar global, tetapi juga siap sujud di hadapan Tuhan dengan penuh kesadaran.
“Inilah pendidikan yang menggabungkan ilmu dan nurani, nalar dan cinta, bumi dan langit. Sebuah visi besar yang akan melahirkan generasi yang tidak hanya pintar memecahkan masalah dunia, tetapi juga arif menapaki jalan menuju akhirat. InsyaAllah, aamiin ya robbal ‘aalamiin” tuturnya.
Sambutan ketiga sekaligus pembukaan resmi pelatihan disampaikan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sidoarjo, Bapak Drs. Mufi Imron Rosyadi, ME.I.
Dalam arahannya, beliau menekankan bahwa Kurikulum Berbasis Cinta sejalan dengan misi besar moderasi beragama yang kini menjadi prioritas Kementerian Agama.
Beliau menjelaskan empat indikator moderasi beragama yang harus ditanamkan sejak dini di madrasah:
1. Komitmen kebangsaan – menumbuhkan rasa cinta tanah air.
2. Toleransi – menghargai perbedaan dan keragaman.
3. Anti kekerasan – mengedepankan kedamaian dalam menyelesaikan masalah.
4. Penerimaan terhadap tradisi lokal – menjaga budaya yang sesuai dengan nilai Islam.
“Madrasah adalah garda terdepan lahirnya generasi moderat. Dengan Kurikulum Berbasis Cinta, anak-anak akan tumbuh cerdas, welas asih, dan mampu menjaga kerukunan di tengah masyarakat yang majemuk,” tegasnya.
Pelatihan ini menghadirkan narasumber yang kompeten.
Hari pertama, materi disampaikan oleh Ibu Indah Nur Tarbiyah, M.Pd dari PC Pergunu Sidoarjo, yang membahas strategi penerapan deep learning sehingga pembelajaran lebih bermakna, mindful, dan joyful.
Hari kedua, disampaikan oleh ibu Dr. Hernik Farisia, M.Pd.I Dosen UINSA yang mengulas strategi praktis insersi Kurikulum Berbasis Cinta dalam desain pembelajaran madrasah.
Dengan adanya pelatihan ini, guru-guru madrasah diharapkan mampu menghadirkan pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, berlandaskan cinta, serta selaras dengan semangat moderasi beragama.